Aliran-Aliran Dalam Islam, Pokok Pikiran dan Tokoh-Tokohnya Pada Masa Modern
(Disusun untuk memenuhi tugas Tauhid)
Dosen Pengampu: Dr. Ibnu Muhdir, S.Ag. , M.A.
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2015
بسم الله الرحمن الر حيم
Kata Pengantar
Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan tugas makalah yang bertemakan “Aliran-Aliran Dalam Islam, Pokok Pikiran dan Tokoh-Tokohnya Pada Masa Modern” pada mata pelajaran Tauhid yang diampu oleh Bpk. Dr. Ibnu Muhdir, S.Ag., MA.,
Tak lupa pula kita kirimkan Sholawat menyertai salam kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW. Sebagai rasul utusan terakhir yang membawa kita dari zaman jahiliyyah ke zaman yang terang benderang dengan rahmat-Nya seperti sekarang ini.
Aliran-aliran yang aksis pada zaman modern seperti sekarang ini perlu ditinjau bagaimana dan apa asal-usul dari aliran aliran tersebut pokok pokok pikirannya dan juga tokoh tokohnya yang berperan dalam aliran tersebut, pada pembahasan kali ini penulis ingin memaparkan hal tersebut yang berkaitan dengan aliran aliran tersebut Semoga bermanfaat dan menjadi bahan yang berguna bagi para pembaca.
Yogyakarta, 1 Desember 2015
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang.
Agama Islam dengan perantaraan Nabi Muhammad Saw. Yang mengakhiri segala nabi dan rasul untuk membawa ummat manusia kepada martabat kemerdekaan yang lebih sempurna. Kitab suci agama Islam menyatakan, bahwa ia adalah agama fitrah bagi ummat manusia dari segala bangsa dan jenis, agama yang cocok dengan mereka dengan segala tempat, sesuai dengankemaslahatan mereka pada setiap zaman. Periode Modern (1800 M dan seterusnya) merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsafkan dunia Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Di periode modern inilah timbul ide-ide pembaharuan dalam Islam.
Sepanjang 12 abad pertama sejarahnya, Islam hidup dengan kesadaran penuh terhadap kebenaran dan realisasi janji tuhan kepada kaum muslimin, bahwa mereka akan menang apabila mereka mengikuti agama-Nya. Mereka menang di dunia ini, terlepas dari perang Salib dan penaklukan singkat atas dunia Islam oleh bangsa Mongol, lantaran mujahidin perang Salib kalah dengaan cucu Hulagu Khan, Uljaitu, menganut agama Islam dan dalam kenyataannya telah menjadi penyokong bagi pengetahuan Islam dan seni.
Sesudah itu datanglah penaklukan atas berbagai kawasan Islam oleh bangsa-bangsa Inggris, Prancis, Belanda, Rusia, belum lagi penaklukan sampingan oleh bangsa-bangsa Portugis dan Spanyol. Walaupun kaum muslimin semula agak enggan terhadap signifikasi jangka panjang kejadian-kejadian ini, akan tetapi, penaklukan Napoleon atas Mesir menimbulkan satu kejutan yang membuat pemimpin-pemimpin muslim sadar akan dimensi dan makna penaklukan barat atas Islam.
Selain itu, ketika tiga kerajaan besar Islam sedang mengalami kemunduran di abad ke-18 M, Eropa barat mengalami kemajuan dengan pesat. Kerajaan Safawi hancur di awal abad ke-18 M dan kerajaan Mughal hancul pada awal paro kedua abad ke-19 M di tangan Inggrisyang kemudian mengambil alih kekuasaan di anak benua India. Kekuatan Islam terakhir yang masih disegani oleh lawan tinggal lagi Kerajaaan Usmani di Turki. Akan tetpi yang takhir ini pun terus mengalami kemunduran demi kemuduran, sehingga dijuluki dengan the sick man of Europa. Kelemahan kerajaan-kerajaan Islam itu menyebabkan Eropa dapat mencaplok negeri-negeri Islam dengan mudah.
Dengan demikianlah timbul apa yang disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Para pemuka Islam mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya membuat umat Islam maju kembali sebagaimana keadaannya pada periode klasik. Usaha-usaha kearah itupun mulai dijalankan dalam kalangan umat Islam, namun pada dalam periode modern ini, barat juga bertambah maju, sehingga sering terjadi perbenturan antara peradaban barat dan peradaban Islam, yang sekarang populer disebut dengan Al-Ghazwah Al-Fikriyah.
B. Rumusan masalah.
1. Apakah yang dimaksud dengan pembaharu?
2. Siapa saja tokoh-tokoh pembaharu pada masa modern dan apa saja pokok pemikirannya?
3. Aliran-aliran apa saja yang muncul pada zaman modern?
C. Tujuan penulisan.
1. Kita dapat mengetahui pengertian pembaharu dalam Islam.
2. Kita dapat mengetahui tokoh-tokoh pembaharu dalam Islam pada masa modern
3. Kita dapat mengetahui aliran-aliran yang muncul pada zaman modern serta tokoh-tokohnya.
BAB II Pembahasan.
A. Tajdid dalam Islam.
1. Pengertian tajdid.
Persoalan tajdid terhadap Islam atau tang semacamnya, akhir-akhir ini seringkali muncul di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Memang banyak term (istilah) yang dipakai dalam pengertian ini yang kesemuanya memiliki arti yang kurang lebih sama atau ada keterkaitan. Ada yang mengartikan pembaruan, modernisasi, reorientasi pemurnian dan mungkin masih ada lagi pengertian yang lain.
(Disusun untuk memenuhi tugas Tauhid)
Dosen Pengampu: Dr. Ibnu Muhdir, S.Ag. , M.A.
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2015
بسم الله الرحمن الر حيم
Kata Pengantar
Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan tugas makalah yang bertemakan “Aliran-Aliran Dalam Islam, Pokok Pikiran dan Tokoh-Tokohnya Pada Masa Modern” pada mata pelajaran Tauhid yang diampu oleh Bpk. Dr. Ibnu Muhdir, S.Ag., MA.,
Tak lupa pula kita kirimkan Sholawat menyertai salam kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW. Sebagai rasul utusan terakhir yang membawa kita dari zaman jahiliyyah ke zaman yang terang benderang dengan rahmat-Nya seperti sekarang ini.
Aliran-aliran yang aksis pada zaman modern seperti sekarang ini perlu ditinjau bagaimana dan apa asal-usul dari aliran aliran tersebut pokok pokok pikirannya dan juga tokoh tokohnya yang berperan dalam aliran tersebut, pada pembahasan kali ini penulis ingin memaparkan hal tersebut yang berkaitan dengan aliran aliran tersebut Semoga bermanfaat dan menjadi bahan yang berguna bagi para pembaca.
Yogyakarta, 1 Desember 2015
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang.
Agama Islam dengan perantaraan Nabi Muhammad Saw. Yang mengakhiri segala nabi dan rasul untuk membawa ummat manusia kepada martabat kemerdekaan yang lebih sempurna. Kitab suci agama Islam menyatakan, bahwa ia adalah agama fitrah bagi ummat manusia dari segala bangsa dan jenis, agama yang cocok dengan mereka dengan segala tempat, sesuai dengankemaslahatan mereka pada setiap zaman. Periode Modern (1800 M dan seterusnya) merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsafkan dunia Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Di periode modern inilah timbul ide-ide pembaharuan dalam Islam.
Sepanjang 12 abad pertama sejarahnya, Islam hidup dengan kesadaran penuh terhadap kebenaran dan realisasi janji tuhan kepada kaum muslimin, bahwa mereka akan menang apabila mereka mengikuti agama-Nya. Mereka menang di dunia ini, terlepas dari perang Salib dan penaklukan singkat atas dunia Islam oleh bangsa Mongol, lantaran mujahidin perang Salib kalah dengaan cucu Hulagu Khan, Uljaitu, menganut agama Islam dan dalam kenyataannya telah menjadi penyokong bagi pengetahuan Islam dan seni.
Sesudah itu datanglah penaklukan atas berbagai kawasan Islam oleh bangsa-bangsa Inggris, Prancis, Belanda, Rusia, belum lagi penaklukan sampingan oleh bangsa-bangsa Portugis dan Spanyol. Walaupun kaum muslimin semula agak enggan terhadap signifikasi jangka panjang kejadian-kejadian ini, akan tetapi, penaklukan Napoleon atas Mesir menimbulkan satu kejutan yang membuat pemimpin-pemimpin muslim sadar akan dimensi dan makna penaklukan barat atas Islam.
Selain itu, ketika tiga kerajaan besar Islam sedang mengalami kemunduran di abad ke-18 M, Eropa barat mengalami kemajuan dengan pesat. Kerajaan Safawi hancur di awal abad ke-18 M dan kerajaan Mughal hancul pada awal paro kedua abad ke-19 M di tangan Inggrisyang kemudian mengambil alih kekuasaan di anak benua India. Kekuatan Islam terakhir yang masih disegani oleh lawan tinggal lagi Kerajaaan Usmani di Turki. Akan tetpi yang takhir ini pun terus mengalami kemunduran demi kemuduran, sehingga dijuluki dengan the sick man of Europa. Kelemahan kerajaan-kerajaan Islam itu menyebabkan Eropa dapat mencaplok negeri-negeri Islam dengan mudah.
Dengan demikianlah timbul apa yang disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Para pemuka Islam mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya membuat umat Islam maju kembali sebagaimana keadaannya pada periode klasik. Usaha-usaha kearah itupun mulai dijalankan dalam kalangan umat Islam, namun pada dalam periode modern ini, barat juga bertambah maju, sehingga sering terjadi perbenturan antara peradaban barat dan peradaban Islam, yang sekarang populer disebut dengan Al-Ghazwah Al-Fikriyah.
B. Rumusan masalah.
1. Apakah yang dimaksud dengan pembaharu?
2. Siapa saja tokoh-tokoh pembaharu pada masa modern dan apa saja pokok pemikirannya?
3. Aliran-aliran apa saja yang muncul pada zaman modern?
C. Tujuan penulisan.
1. Kita dapat mengetahui pengertian pembaharu dalam Islam.
2. Kita dapat mengetahui tokoh-tokoh pembaharu dalam Islam pada masa modern
3. Kita dapat mengetahui aliran-aliran yang muncul pada zaman modern serta tokoh-tokohnya.
BAB II Pembahasan.
A. Tajdid dalam Islam.
1. Pengertian tajdid.
Persoalan tajdid terhadap Islam atau tang semacamnya, akhir-akhir ini seringkali muncul di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Memang banyak term (istilah) yang dipakai dalam pengertian ini yang kesemuanya memiliki arti yang kurang lebih sama atau ada keterkaitan. Ada yang mengartikan pembaruan, modernisasi, reorientasi pemurnian dan mungkin masih ada lagi pengertian yang lain.
Istilah tajdid (تجديد) berasal dari bahasa Arab dari kata jaddada جدد)) yujaddidu ( يجدد ) tajdiidan ( تجديدا ), yang berarti “membuat sesuatu menjadi baru kembali.” Jadi pengertian tajdid menurut konsep diatas sebagaimana diungkapkan oleh KH. Ahmad Sidiq, bahwa tajdid lebih banayk mengandun pngertian “memulihkan” sesuatau kepada keadaan semula (ketika masih baru sebelum terkena debu atau karat), bukan berarti “mengganti” sesuatu yang lain, dengan yang baru. Oleh karena itu, kalua kata tajdid diterjemahkan dengan pembaruan kata yujaddidu diterjemahkan dengan memperbarui dan kata mujaddid diterjemahkan dengan pembaru, maka harus diartikan “pemulihan menjadi seperti semula”, ketika masih baru, tidak boleh diartikan mengganti dengan yang lain, dengan yang baru.
Adanya rumusan tajdid diatas nampak jelas bahwa tajdid yang dimaksud bukanlah mengganti sesuatu dengan yang baru, akan tetapi dalam arti memulihkan ataupun pemulihan. Menurut masyarakat Barat kata modernisasi menagndung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat institusi-institusi lama dan sebagainya agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan-keadaan baru yang ditimbulkan oleh pengetahuan modern. Pikiran dan aliran itu timbul di periaode yang disebut age of reason atau englightement (masa akal atau masa terang) 1650-1800 M.
B. Aliran-aliran Modern Abad-19
1. Wahabiyah.
Adanya rumusan tajdid diatas nampak jelas bahwa tajdid yang dimaksud bukanlah mengganti sesuatu dengan yang baru, akan tetapi dalam arti memulihkan ataupun pemulihan. Menurut masyarakat Barat kata modernisasi menagndung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat institusi-institusi lama dan sebagainya agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan-keadaan baru yang ditimbulkan oleh pengetahuan modern. Pikiran dan aliran itu timbul di periaode yang disebut age of reason atau englightement (masa akal atau masa terang) 1650-1800 M.
B. Aliran-aliran Modern Abad-19
1. Wahabiyah.
Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
a. Ajaran dan pemikirannya serta penyebarannya.
Ø Penyembahan kepada selain Allah SWT. adalah salah, dan siapa yang berbuatdemikian dia dibunuh.
Ø Orang yang mencari ampunan selain Allah SWT. dengan mengunjungi kuburan orang-orang saleh (wali) termasuk golongan musyrikin.
Ø Termasuk dalam perbuatan musyrik memberikan pengantar kata dalam shalat terahadap nama Nabi-nabi atau wali atau malaikat (seperti Sayyidina Muhammad).
Ø Termasuk kufur memberikan suatu ilmu yang tidak didasarkan atas al-Qur’an dan Sunnah, atau ilmu yang bersumber kepada akal-pikiran semata-mata.
Ø Termasuk kufur dan ilhad juga mengingkarai “qadar” dalam semua perbuatan dan penafsiran al-Qur’an dengan jalan ta’wil.
Ø Dilarang memakai buah tasbih dan dalam mengucapkan nama Allah SWT. Dan do’a-do’a (wirid) cukup dengan menghitung ke rata jari.
Ø Sumber syari’at Islam dalam soal halal dan haram hanya al-Qur’an dan al-Sunnah, pendapat ulama mutakallimin dan fuqaha tentang halal-dan haram tidak menjadi pegangan selam tidak berdasarkan atas kedua sumber tersebut.
Pintu ijtihad tetap terbuka dan siapa pun boleh melakukan ijtihad asal sudah memenuhi syarat-syaratnya.
2. Ahmadiyah
Gerakan ini dipelopori oleh Mirza Ghulam Ahmad, ia dilahirkan di Qadian Punjab India pada 1839 dan meninggal tahun 1908. Menurut satu riwayat leluhurnya berasal dari Mongolia. Pada tahun 1889 Ghulam Ahmad mengaku dan mengumumkan bahwa dirinya menerima wahyu langsung dari Tuhan, menunjuknya sebagai al-Mahdi al-Mau’udi, artinya Imam Mahdi yang dijanjikan, agar masyarakat berbai’at kepadanya.
Adapun isi bai’atnya ialah keyakinan atas ikrar untuk menjauhi berbuat syirik, melaksakan shalat lima waktu sehari semalam, beriman kepada Allah SWT. dan Nabi Muhammad SAW, taat ajaran al-Qur’an, bersikap sopan santun. Sampai di sini ajarannya masih wajar dalam artian tidak ada yang menyimpang dengan ajaran Islam yang dikenal masyarakat.
a. Pemikiran dan Ajarannya
Ajaran itu tidak menerangkan kewajiban membayar zakat dan menunaikan haji, dengan alasan tidak berkemampuan. Dan samping itu ada ikrar dalam bai’at bila seorang anggotanya meninggal maka semua anggotanya dikelola oleh Ghulam Ahmad. Bentuk persaudaraan ini merupakan ajaran tertinggi dikalangan Ahmadiyah.
Pada tahun 1891, Ghulam Ahmad membuat pengakuan yang mengejutkan dan menghebohkan masyarakat yakni mengaku sebagai al-Masih al-Maududi, artinya sebagai penjelmaan Nabi Isa al-Masih yang di janjikan.
Ajaran Ahmadiyah mengakuai kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.juga diakui sebagai Khatam an-Nabiyyin bahkan mengingkarinya berarti kafir, tetapi khatam an-nabiyyin diartikan sebagai Nabi yang termulia.
Ajaran Ahmadiyah yang cukup kontroversional adalah tentang Nabi Isa dalam bukunya Masih Hindustan Man (Seorang Hindustan yang Suci), ia mengatakan bahwa Nabi Isa tidak mati di tiang salib di bukit Golgota, melainkan hanya pingsan. Dia memang dikubur dalam keadaan demikian, lalu para sahabatnya mengobatinya dengan penuh kasih sayang. Kuburannya menurut dia terdapat di Khan Yar, Srinagar. Ketika di Kasmir Nabi Isa as. Dinamakan Yus Asaf. Tujuan dikemukakannya teori itu bertujuan untuk menguatkan penempatan posisi dirinya sebagai al-Masih dan al-Mahdi.
C. Tokoh-tokoh Pembaruan dalam Islam abad-19 M.
1. Al-Tahtawi (1801-1873)
Nama lengkapnya adalah Rifaah Badawi Rufi Al-Tahtawi, seorang pemikir pembaruan dunia Islam. Ia mendalami ilmu-ilmu Barat dari sarjana Prancis dan dari pergaulannya dengan Ulama Al-Azhar. Sebagai ulama besar, beliau telah menyalin buku-buku Prancis, seperti buku Montesque, Voltaire dan Rosseau kedalam Bahasa Arab, Prancis, Turki, Persi, dan Itali. Buku-buku karangannya yang merupakan konsep pemikiran diantaranya adalah; Al-Mursyid Al-Amin Li Al-banat wa Al-banin. (petunjuk pendidikan putra dan putri); Al-Qaulus Sadid Fi Al-Ijtihad Wa Al-Taqlid ( pendapat benar tentang ijtihad dan taklid). Dan masih banyak lagi karya-karya beliau dalam bidang keagamaan maupun pembaruan-pembaruan lainnya.
Selain pendapat-pendapat diatas melalui buku-buku karangannya, Al-Tahtawi mengemukakan hasil pemikirannya yaitu:
- Ajaran Islam bukan hanya mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal hidup didunia. Umat Islam harus mementingkan kehidupa duniawinya.
- Kekuasaan absolut raja harus dibatasi oleh syareat, dan raja harus bermusyawarat dengan ulama dan kaum terpelajar seperti dokter, ekonom, dan lain-lain.
- Syariat harus disesuakan dengan perkembanagn modern.
- Kaum ulama harus mempelajari falsafa dan ilmu-ilmu pengetahuan modern agar dapat menyesuaiakan syareat dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat modern.
- Pendidikan harus bersifat universal dan sama bentuknya untuk semua golongan.
- Umat Isalam harus bersifat dinamis dan meninggalkan statis.
Itulah beberapa hasil pemikiran seorang ulama besar pembaru Islam Al-Tahtawi. Berdasarkan hasil pemikiran beliau diatas, dapat disimpulkan bahwa inti dari semua itu adalah sejalannya syareat dengan perkembangan masyarakat modern, sehingga kaum muslim tidak menjadi kaum yang terbelakang dibanding yang lainnya.
2. Muhammad Abduh (1849-1905)
Ia putra Mesir dari keluarga petani miskin, beliau lahir pada tahun 1849 dan wafat pada tahun 1905. Ayahnya, ‘Abduh bin Hasan Khaeralllah, mempunyai silsilah keturunan dengan bangsa Turki. Sedang ibunya mempunyai silsilah keturunan dengan orang besar Islam, ‘Umar bun Khattab, khalifah kedua.
Ketika masih menyelesaikan belajarnya di Universitas Al-Azhar Mesir, ia bertemu dengan tokoh dan penggerak Pan-Islamisme, Jamaluddin al-Afghani yang kebetulan menetap di Mesir selama delapan tahun. Sebagai tokoh gerakan Pan-Islamisme dan murid Jamaluddin, ia telah banayk menduduki jabatan-jabatan penting. Ia diusir dari Mesir bersama Jamaluddin karena terlibat dalam resolusi Urabi Pasya. Dari Mesir mereka berdua menuju ke Paris. Di sana mereka mendirikan organisasi dan menerbitkan majalah Al-Urwatul Wusqa. Setelah beberapa tahun menetap di Paris ia diperbolehkan kembali ke Mesir, kemudia diangkat menjadi rector Universitas Al-Azhar. Ia mengadakan perombakan dan perbaikan-perbaikan; yaitu memasukkan mata kuliah filsafat Islam yang masih dianggap tabu dan mengubah metode pengajaran.
Menurut Muhammad ‘Abduh, paham jumud yang berarti statis (beku) yang menghambat kemajuan. Umat Islam selamanya tidak akan maju bilamana masih berpegang teguh pada jumud. Paham jumud ini dibawa oleh orang-orang luar Arab yang dapat menduduki puncak politik dalam dunia Islam. Adat istiadat dan paham animism dan dinamisme mereka ikut terbawa ke dunia Islam dan ikut mempengaruhi kaum muslimin yang menjadi rakyatnya. Beliau juga sangat gigih dalam memberantas segala yang dianggap bid’ah. Ia mendengungkan semboyan “kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadis”.
Dia giat mengembangkan paham dan haluannya ke seluruh dunia Islam. Menurutnya, dunia Islam harus kembali ke paham salaf yang murni sebagaimana pada zaman sahabat an ulama-ulama besar. Ia mempunyai konsep perjuangan bahwa hanya dengan mencerdaskan serta meningkatkan pengetahuan, rakyat Mesir mencapai kemerdekaan yang sebenarny. Ia menerbitkan majalh al-Manar di Mesir dan menjabat sebagai mufti besar hingga akhir hayatnya.
3. Jamaluddin al-Afghani (1839-1897)
Ia seorang tokoh kebangsaan Afganistan, lahir di Assadabad Persi dan wafat di Istambul. Ia memiliki kecerdasan otak yang luar biasa, pribadinya sangat menarik dan penuh semangat. Ia banyak memperoleh pengalaman dalam pengembaraannya ke berbagai negara. Mula-mula ia ke india, kemudian ke Mesir memberi kuliah, cermah dan diskusi kepada kaum intelektual di Al-Azhar. Diantara muridnya yang terkenal adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaghlul, pemimpin kemerdekaan Mesir yang mendorong tercapainya kemajuan.
Jamaluddin melanjutkan pengembaraanya ke Paris setelah 8 tahun di Mesir. Di Parisia mendirika suatu organisasi bernama Al-Urwatul Wusqa yang anggotanya orang-orang Islam militant dari India, Mesir Syiria dan Afrika Utara, dan mendorong umat Islam mencapai kemajuan.
Pada tahun 1892 Jamaluddin Al-afghani pindah ke Istanbul atas undangan Sultan Abdul Hamid untuk ikut memikirkan politik Islam, menghadapi bangsa eropa. Salah satu gerakan yang dibentuk oleh Jamaluddin Al-Afghani adalah Pan-Islamisme yang berpusat di Kabul, Afganistan. Pergerakan ini menghentikan kemajuan umat Islam dengan jalan mempergunakan aliran pikiran modern dan menghendaki persatuan umat Islam di bawah satu pemerintahan Islam pusat, seperti pada zaman khalifah dahulu. Gerakan Pan-Islamisme sebagai gerakan yang sangat revolusioner dan anti penjajah. Segala perpecahan yang terjadi pada umat muslim pemerintahan yang absolut dam penjajahan bangsa asing harus dilenyapakan dari bumi. Kemajuan umat muslimm tidak akan berhasil bilamana semua hal tersebut masih hidup subur. Karena hal itu Jamaluddin Al-Afghani dalam Pan-Islamisme membangkitkan rasa solidaritas (Ukhuwah) Islamiyah seluruh dunia, pemikiran dan ide Jamaluddin banyak mempengaruhi murid-muridnya yang juga sebagai penerus dan penyebar Pan-Islamisme.
4. Muhammad Iqbal (1896-1939)
Seorang tokoh kelahiran Punjab memperoleh gelar MA di Lahore. Ia melanjutkan studinya di khususnya di bidang filsafat di Universitas Cambridge Inggris tahun 1905. Ia memperoleh gelar PhD (Philoshofi Doctor) dalam tasawuf dari Universitas Munich Jerman dengan disertasinya The development of Metaphysic in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia). Pada tahun 1908 ia kembali ke Lahore dan disana ia menjabat sebagai pengacara dan dosen filsafat.
Hasil-hasil ceramahnya di berbagai Universitas di India dibukukan dengan judul The Reconstrucsion of Religious thought in Islam (Membangun kembali pikiran-pikiran agama dalam Islam. Pada tahun 1938 ia menjabat sebagai presiden Liga Muslimin. Menurut pendapatnya, kemuduran umat Islam dikarenakan beku dalam berpikir yang semata-mata mementingkan urusan agama tidak menghiraukan urusan dunia disamping sebagai pembaru, ia adalah seorang filosof dan penyair Islam modern yang terbesar.
BAB III Penutup
A. Kesimpulan.
a. Ajaran dan pemikirannya serta penyebarannya.
Ø Penyembahan kepada selain Allah SWT. adalah salah, dan siapa yang berbuatdemikian dia dibunuh.
Ø Orang yang mencari ampunan selain Allah SWT. dengan mengunjungi kuburan orang-orang saleh (wali) termasuk golongan musyrikin.
Ø Termasuk dalam perbuatan musyrik memberikan pengantar kata dalam shalat terahadap nama Nabi-nabi atau wali atau malaikat (seperti Sayyidina Muhammad).
Ø Termasuk kufur memberikan suatu ilmu yang tidak didasarkan atas al-Qur’an dan Sunnah, atau ilmu yang bersumber kepada akal-pikiran semata-mata.
Ø Termasuk kufur dan ilhad juga mengingkarai “qadar” dalam semua perbuatan dan penafsiran al-Qur’an dengan jalan ta’wil.
Ø Dilarang memakai buah tasbih dan dalam mengucapkan nama Allah SWT. Dan do’a-do’a (wirid) cukup dengan menghitung ke rata jari.
Ø Sumber syari’at Islam dalam soal halal dan haram hanya al-Qur’an dan al-Sunnah, pendapat ulama mutakallimin dan fuqaha tentang halal-dan haram tidak menjadi pegangan selam tidak berdasarkan atas kedua sumber tersebut.
Pintu ijtihad tetap terbuka dan siapa pun boleh melakukan ijtihad asal sudah memenuhi syarat-syaratnya.
2. Ahmadiyah
Gerakan ini dipelopori oleh Mirza Ghulam Ahmad, ia dilahirkan di Qadian Punjab India pada 1839 dan meninggal tahun 1908. Menurut satu riwayat leluhurnya berasal dari Mongolia. Pada tahun 1889 Ghulam Ahmad mengaku dan mengumumkan bahwa dirinya menerima wahyu langsung dari Tuhan, menunjuknya sebagai al-Mahdi al-Mau’udi, artinya Imam Mahdi yang dijanjikan, agar masyarakat berbai’at kepadanya.
Adapun isi bai’atnya ialah keyakinan atas ikrar untuk menjauhi berbuat syirik, melaksakan shalat lima waktu sehari semalam, beriman kepada Allah SWT. dan Nabi Muhammad SAW, taat ajaran al-Qur’an, bersikap sopan santun. Sampai di sini ajarannya masih wajar dalam artian tidak ada yang menyimpang dengan ajaran Islam yang dikenal masyarakat.
a. Pemikiran dan Ajarannya
Ajaran itu tidak menerangkan kewajiban membayar zakat dan menunaikan haji, dengan alasan tidak berkemampuan. Dan samping itu ada ikrar dalam bai’at bila seorang anggotanya meninggal maka semua anggotanya dikelola oleh Ghulam Ahmad. Bentuk persaudaraan ini merupakan ajaran tertinggi dikalangan Ahmadiyah.
Pada tahun 1891, Ghulam Ahmad membuat pengakuan yang mengejutkan dan menghebohkan masyarakat yakni mengaku sebagai al-Masih al-Maududi, artinya sebagai penjelmaan Nabi Isa al-Masih yang di janjikan.
Ajaran Ahmadiyah mengakuai kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.juga diakui sebagai Khatam an-Nabiyyin bahkan mengingkarinya berarti kafir, tetapi khatam an-nabiyyin diartikan sebagai Nabi yang termulia.
Ajaran Ahmadiyah yang cukup kontroversional adalah tentang Nabi Isa dalam bukunya Masih Hindustan Man (Seorang Hindustan yang Suci), ia mengatakan bahwa Nabi Isa tidak mati di tiang salib di bukit Golgota, melainkan hanya pingsan. Dia memang dikubur dalam keadaan demikian, lalu para sahabatnya mengobatinya dengan penuh kasih sayang. Kuburannya menurut dia terdapat di Khan Yar, Srinagar. Ketika di Kasmir Nabi Isa as. Dinamakan Yus Asaf. Tujuan dikemukakannya teori itu bertujuan untuk menguatkan penempatan posisi dirinya sebagai al-Masih dan al-Mahdi.
C. Tokoh-tokoh Pembaruan dalam Islam abad-19 M.
1. Al-Tahtawi (1801-1873)
Nama lengkapnya adalah Rifaah Badawi Rufi Al-Tahtawi, seorang pemikir pembaruan dunia Islam. Ia mendalami ilmu-ilmu Barat dari sarjana Prancis dan dari pergaulannya dengan Ulama Al-Azhar. Sebagai ulama besar, beliau telah menyalin buku-buku Prancis, seperti buku Montesque, Voltaire dan Rosseau kedalam Bahasa Arab, Prancis, Turki, Persi, dan Itali. Buku-buku karangannya yang merupakan konsep pemikiran diantaranya adalah; Al-Mursyid Al-Amin Li Al-banat wa Al-banin. (petunjuk pendidikan putra dan putri); Al-Qaulus Sadid Fi Al-Ijtihad Wa Al-Taqlid ( pendapat benar tentang ijtihad dan taklid). Dan masih banyak lagi karya-karya beliau dalam bidang keagamaan maupun pembaruan-pembaruan lainnya.
Selain pendapat-pendapat diatas melalui buku-buku karangannya, Al-Tahtawi mengemukakan hasil pemikirannya yaitu:
- Ajaran Islam bukan hanya mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal hidup didunia. Umat Islam harus mementingkan kehidupa duniawinya.
- Kekuasaan absolut raja harus dibatasi oleh syareat, dan raja harus bermusyawarat dengan ulama dan kaum terpelajar seperti dokter, ekonom, dan lain-lain.
- Syariat harus disesuakan dengan perkembanagn modern.
- Kaum ulama harus mempelajari falsafa dan ilmu-ilmu pengetahuan modern agar dapat menyesuaiakan syareat dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat modern.
- Pendidikan harus bersifat universal dan sama bentuknya untuk semua golongan.
- Umat Isalam harus bersifat dinamis dan meninggalkan statis.
Itulah beberapa hasil pemikiran seorang ulama besar pembaru Islam Al-Tahtawi. Berdasarkan hasil pemikiran beliau diatas, dapat disimpulkan bahwa inti dari semua itu adalah sejalannya syareat dengan perkembangan masyarakat modern, sehingga kaum muslim tidak menjadi kaum yang terbelakang dibanding yang lainnya.
2. Muhammad Abduh (1849-1905)
Ia putra Mesir dari keluarga petani miskin, beliau lahir pada tahun 1849 dan wafat pada tahun 1905. Ayahnya, ‘Abduh bin Hasan Khaeralllah, mempunyai silsilah keturunan dengan bangsa Turki. Sedang ibunya mempunyai silsilah keturunan dengan orang besar Islam, ‘Umar bun Khattab, khalifah kedua.
Ketika masih menyelesaikan belajarnya di Universitas Al-Azhar Mesir, ia bertemu dengan tokoh dan penggerak Pan-Islamisme, Jamaluddin al-Afghani yang kebetulan menetap di Mesir selama delapan tahun. Sebagai tokoh gerakan Pan-Islamisme dan murid Jamaluddin, ia telah banayk menduduki jabatan-jabatan penting. Ia diusir dari Mesir bersama Jamaluddin karena terlibat dalam resolusi Urabi Pasya. Dari Mesir mereka berdua menuju ke Paris. Di sana mereka mendirikan organisasi dan menerbitkan majalah Al-Urwatul Wusqa. Setelah beberapa tahun menetap di Paris ia diperbolehkan kembali ke Mesir, kemudia diangkat menjadi rector Universitas Al-Azhar. Ia mengadakan perombakan dan perbaikan-perbaikan; yaitu memasukkan mata kuliah filsafat Islam yang masih dianggap tabu dan mengubah metode pengajaran.
Menurut Muhammad ‘Abduh, paham jumud yang berarti statis (beku) yang menghambat kemajuan. Umat Islam selamanya tidak akan maju bilamana masih berpegang teguh pada jumud. Paham jumud ini dibawa oleh orang-orang luar Arab yang dapat menduduki puncak politik dalam dunia Islam. Adat istiadat dan paham animism dan dinamisme mereka ikut terbawa ke dunia Islam dan ikut mempengaruhi kaum muslimin yang menjadi rakyatnya. Beliau juga sangat gigih dalam memberantas segala yang dianggap bid’ah. Ia mendengungkan semboyan “kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadis”.
Dia giat mengembangkan paham dan haluannya ke seluruh dunia Islam. Menurutnya, dunia Islam harus kembali ke paham salaf yang murni sebagaimana pada zaman sahabat an ulama-ulama besar. Ia mempunyai konsep perjuangan bahwa hanya dengan mencerdaskan serta meningkatkan pengetahuan, rakyat Mesir mencapai kemerdekaan yang sebenarny. Ia menerbitkan majalh al-Manar di Mesir dan menjabat sebagai mufti besar hingga akhir hayatnya.
3. Jamaluddin al-Afghani (1839-1897)
Ia seorang tokoh kebangsaan Afganistan, lahir di Assadabad Persi dan wafat di Istambul. Ia memiliki kecerdasan otak yang luar biasa, pribadinya sangat menarik dan penuh semangat. Ia banyak memperoleh pengalaman dalam pengembaraannya ke berbagai negara. Mula-mula ia ke india, kemudian ke Mesir memberi kuliah, cermah dan diskusi kepada kaum intelektual di Al-Azhar. Diantara muridnya yang terkenal adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaghlul, pemimpin kemerdekaan Mesir yang mendorong tercapainya kemajuan.
Jamaluddin melanjutkan pengembaraanya ke Paris setelah 8 tahun di Mesir. Di Parisia mendirika suatu organisasi bernama Al-Urwatul Wusqa yang anggotanya orang-orang Islam militant dari India, Mesir Syiria dan Afrika Utara, dan mendorong umat Islam mencapai kemajuan.
Pada tahun 1892 Jamaluddin Al-afghani pindah ke Istanbul atas undangan Sultan Abdul Hamid untuk ikut memikirkan politik Islam, menghadapi bangsa eropa. Salah satu gerakan yang dibentuk oleh Jamaluddin Al-Afghani adalah Pan-Islamisme yang berpusat di Kabul, Afganistan. Pergerakan ini menghentikan kemajuan umat Islam dengan jalan mempergunakan aliran pikiran modern dan menghendaki persatuan umat Islam di bawah satu pemerintahan Islam pusat, seperti pada zaman khalifah dahulu. Gerakan Pan-Islamisme sebagai gerakan yang sangat revolusioner dan anti penjajah. Segala perpecahan yang terjadi pada umat muslim pemerintahan yang absolut dam penjajahan bangsa asing harus dilenyapakan dari bumi. Kemajuan umat muslimm tidak akan berhasil bilamana semua hal tersebut masih hidup subur. Karena hal itu Jamaluddin Al-Afghani dalam Pan-Islamisme membangkitkan rasa solidaritas (Ukhuwah) Islamiyah seluruh dunia, pemikiran dan ide Jamaluddin banyak mempengaruhi murid-muridnya yang juga sebagai penerus dan penyebar Pan-Islamisme.
4. Muhammad Iqbal (1896-1939)
Seorang tokoh kelahiran Punjab memperoleh gelar MA di Lahore. Ia melanjutkan studinya di khususnya di bidang filsafat di Universitas Cambridge Inggris tahun 1905. Ia memperoleh gelar PhD (Philoshofi Doctor) dalam tasawuf dari Universitas Munich Jerman dengan disertasinya The development of Metaphysic in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia). Pada tahun 1908 ia kembali ke Lahore dan disana ia menjabat sebagai pengacara dan dosen filsafat.
Hasil-hasil ceramahnya di berbagai Universitas di India dibukukan dengan judul The Reconstrucsion of Religious thought in Islam (Membangun kembali pikiran-pikiran agama dalam Islam. Pada tahun 1938 ia menjabat sebagai presiden Liga Muslimin. Menurut pendapatnya, kemuduran umat Islam dikarenakan beku dalam berpikir yang semata-mata mementingkan urusan agama tidak menghiraukan urusan dunia disamping sebagai pembaru, ia adalah seorang filosof dan penyair Islam modern yang terbesar.
BAB III Penutup
A. Kesimpulan.
Assalamualaikum,kak. Itu kakak dapat dari buku apa ya?
BalasHapus