Islam dan Sekular*





Sekilas Tentang Islam dan Sekular*

Istilah secular, dari kata latin saeculum, mempunyai arti dengan dua konotasi, yaitu; waktu dan lokasi. Waktu menunjuk pada pengertian ‘sekarang’ atau ‘kini’ dan lokasi menunjuk pada penegertian ‘dunia’ atau ‘diniawi’. Jadi, saeculum berarti ‘zaman ini’ atau ‘masa kini’; dan ‘zaman ini’ atau masa kini menunjuk kepada ‘peristiwa-peristiwa masa kini’.
Adapun ‘sekularisasi’ didefenisikan sebagai pembebasan manusia “pertama-tama dari agama dan kemudian dari metafisika yang mengatur nalar dan bahasanya” itu berarti “terlepasnya dunia dari pengertian-pengertian religious dan relegius semu, terhalaunya semua pandangan-pandangan dunia yang tertutup, terpatahkannya semua mitos supranatural dan lambing-lambang suci ‘defatalisasi sejarah’ penemuan manusia akan kenyataan bahwa dia ditinggalakan dengan dunia di tangannya, sehingga dia tidak lagi menyalahkan nasib atau kemalangan atas apa yang ia perbuat dengannya”; manusialah yang mengalihkan perhatiannya lepas dari dunia-dunia di atas sana ke dunia ini dan waktu kini.
Sekularisasi tidak hanya melingkupi aspek-aspek kehidupan social dan poltik, tetapi juga telah merembesi aspek kultural, karena proses tersebut menunjukkan “lenyapnya penentuan religious dari lambang-lambang integrase kultural. Ia menyuratakan “suatu proses historis yang hampir-hampir pasti terbalikkan, dimana masyarakat dan budaya terbebas dari budaya dan peraturan pengendalian religious dan pandangan-pandangan dunia metfisis yang tertutup. Ia adalah suatu perkembangan pembebasan dan hasil akhir dari sekularisasi adalah relativisme historis. Oleh karena itu, menurut mereka sejarah adalah proses sekularisasi.
Menurut Max Weber, seorang sosiolog Jerman, yang dimaksudkan dengan sekularisasi adalah pembebasan alam dari nada-nada keagamaan; dan ini melibatkan penghalauan roh-roh animistis, tuhan-tuhan dan magis dari dunia yang alami, mamisahkannya dar Tuhan dan membedakan manusia daripadanya, sehingga manusia tidak lagi memandang alam sebagai suatu wujud yang di dewa-dewakan, yang dengan demikian membolehkannya untuk berbuat bebas terhadap alam, memanfaatkannya menurut kebutuhan-keebutuhan dan rencana-rencananya, dan oleh karena itu, menciptakan perubahan sejarah dan ‘perkembangan’.
*Islam Dan Sekularisme. Oleh; Syed Muhammad Naquib Al-Attas.
Share on Google Plus

About Fahrullah

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar