Tata Cara Perkawinan di Masyarakat Bugis


Tata Cara Perkawinan di Masyarakat Bugis
Salah satu prosesi dalam perkawinan bugis
Assalamu’alaikum, Selamat Pagi, bagi yang membaca artikel ini pagi, selamat siang bagi yang membaca artikel ini siang, selamat malam bagi yang membaca artikel ini malam, selamat tidur bagi yang membaca artikel ini sambil tidur, jangan yaa… apalagi bacanya sambal ngemudikan mobil terus ketiduran, resiko ditanggung sendiri…!
Indonesia dikenal sebagai negara dengan suku dan budaya yang hampir tak terhitung jumlahnya gaes, mulai dari ujung barat sampai ujung timur berjajar pulau-pulau, itulah makanya Negara kita ini disegani oleh banyak negara lain. Salah satu diantara sekian banyak suku yang ada di Indonesia yaitu suku Bugis, suku ini mayoritas mendiami wilayah timur Indonesia, yang terletak di ujung selatan pulau Sulawesi. Suku Bugis juga mempunyai kekayaan budaya dan tradisi lho, mulai dari kelahiran sampai dengan kematian semuanya mempunyai acara atau upacara tertentu gaes.
Ok, Langsung saja, kali ini saya akan memaparkan sedikit mengenai “Tata Cara Perkawinan di Masyarakat Bugis”. Perkawinan merupakan salah satu upacara yang sangat sacral di Masyarakat Bugis lho gaes, karena acaranya bisa sampai berhari-hari dengan segala tata cara atau proses yang cukup panjang, nah, apa saja “Tata Cara Perkawinan di Masyarakat Bugis? Berikut penjelasannya.
1.     Pertemuan Pertunangan (Mappasiarakeng [Bug.])
Ketika lamaran pengantin laki-laki diterima dan mahar ditentukan.
2.   Upacara perkawinan dalam tata cari Islam (nikah), disertai penyerahan mahar dan sajian makanan tradisional khusus, yakni ‘nasi ketan’ dan ‘saus gula merah’ (sokko’ dan palopo’ [Bug.]).
Upacara pernikahan dipimpin oleh seorang imam, disaksikan oleh wali mempelai laki-laki, dua orang saksi, dan petugas KUA.
3.   Ritual penting yang ketiga adalah ‘Malam Renungan’ (Tudangpenni [Bug.]),
Hal ini dilakukan pada malam sebelum kedatangan mempelai wanita dan duduk bersanding untuk resepsi. Acara ini berlangsung di rumah pengantin laki-laki dan penyelnggara pihak wanita.
4.   Duduk Bersanding (Tudangbotting [Bug.]) juga disebut dalam Bahasa Indonesia ‘Resepsi). Yang berlangsung selama pertemuan resmi yang disebut kedatangan pengantin pria (Mappenre’botting [Bug.]) dan kunjungan ke tempat tinggal pihak mempelai pria (Marola [Bug.]).
5.   Pertemuan Besan (Massitabaeseng [Bug.]), dilangsungkan setelah menyelesaikan acara duduk bersanding menerima undangan. Ini adalah pertemuan resmi pertama antara orang tua dan kedua pengantin baru.
Nah, itulah proses upacara dalam Masyarakat Bugis. Kalau mau yang lebih jelasnya, silahkan sahabat-sahabt sekalian berkunjung ke Sulawasi Selatan. Lumayan, selain dapet wawasan, kita juga bisa makan lho gaes, ;-)
Sekian dulu yaa dari saya, semoga bermanfaat,
Wassalam.
@sumber: Perkawinan Bugis Oleh Susan Bolyard 
Gambar 1.2

Gambar 1.3
 pada gambar 1.2 dan 1.3 diatas, merupakan salah satu prosesi dalam upacara pernikahan Bugis-Makassar, yang dukenal dengan istilah "Mappacci".



Share on Google Plus

About Fahrullah

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar